Konsistensi Kader Mengemban
Mission HmI Dalam Kemelut Konflik Struktural
(Tulisan sederhana ini ku
persembahkan sebagai motivasi untuk Para Missionaris HmI)
Oleh : @bungarynugraha
HMI adalah organisasi kader
(sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan perubahan secara
terus-menerus),. Hal ini membawa konsekuensi logis pada setiap gerak
organisasi yang senantiasa harus diarahkan pada perbaikan kehidupan manusia.
Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, demi terwujudnya idealisme
ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.
Dalam melakukan perjuangan, HMI meyakini bahwa
Islam sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara integralistik,
transenden, humanis, dan inklusif. Dengan demikian kader-kader HMI harus berani
menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-prinsip demokrasi
tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong terciptanya penghargaan Islam
sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan menyerahkan semua demi
ridha-Nya.
Untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas
gerakan, maka perjuangan yang dilakukan setiap kader HMI secara individu maupun
secara institusi harus senantiasa berpegang pada independensi organisasi (independensi
etis dan independensi organisatoris). Independensi
bagi HMI merupakan karakter kepribadian yang implementasinya terwujud didalam
bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI baik dalam
dinamika dirinya sebagai kader HMI maupun dalam melaksanakan "Mission"
HMI dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Setiap perjuangan HMI harus selalu disesuaikan
dengan konteks dan realitas sosial kekinian. Kini masyarakat sedang mengalami
situasi transisi demokrasi (budaya, politik, tata pemerintahan). Salah
satu ciri masyarakat transisi adalah munculnya banyak aspirasi masyarakat yang
menuntut adanya perubahan dan pembaruan sebagai cerminan respons masyarakat
terhadap perkembangan dan kemajuan zaman. Aspirasi nasyarakat tersebut
merupakan hasil proses sosiologis yang panjang yang melibatkan aktor-aktor
perubahan sosial, meminjam istilahnya Daniel Bell dan John Keane aktor-aktor
perubahan sosial disebut civil society.
Permasalahan yang dihadapi seorang kader ditengah
medan perjuangan mencapai masyarakat-adil makmur yang diridhai Allah Swt ialah
permasalahan yang muncul dari dalam dirinya, padahal orang yang tidak memiliki
sesuatu tidak akan bisa memberikan sesuatu tersebut. Seseorang yang tidak
memiliki kunci, maka sulit untuk baginya masuk. Manusia yang hatinya terkunci
sehingga sulit dimasuki nafas kebenaran didalam dirinya dalam konteks ini yakni
nafas Islam. Demikianlah persoalannya, yang sesungguhnya kembali kepada diri
seorang kader yang mengemban Mission Sacret HmI, yakni berkaitan dengan potensi
dirinya secara ruhiah, disamping kecakapannya untuk membuat program, serta
ketahanan dalam mewujudkannya. Jika kita telah faham bahwa syaitan juga membuat
program untuk para pengikutnya dengan langkah-langkah bertahap (sebagaimana
firman Allah Swt) “Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan”
(Al-baqarah: 168) selayaknya seorang kader juga membuat program dan langkah-langkah
dalam mengambil simpati masyarakat. Sungguh sangat jauh berbeda antara tujuan
syaitan dengan tujuan orang-orang yang beriman. Allah Swt berfirman “Dan
janganlah kalian berhati lemah dalam mengejar mereka (musuh kalian). Jika
kalian menderita kesakitan (kekalahan), maka mereka sesungguhnya juga menderita
kesakitan pula, sebagaimana kalaian menderitanya. Sedangkan kalian mengharap
dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Allah Maha Mengetahui lagi
Mahabijaksana” (An Nisa:40).
Oleh karenanya seorang kader yang mengemban
Mission Cita HmI hendaklah memperhatikan celah-celah kebaikan yang ada pada
orang lain kemudian memupuknya, sehingga celah-celah keburukan yang ada padanya
tersingkir dan ia mau bangkit melangkah dijalan Islam sesuai cita-cita awal
berdirinya HMI yakni menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
@bungarynugraha
@bungarynugraha